Selasa, 24 Maret 2009

Tugas 1 Mahasiswa

Tugas Mahasiswa STIE/STMIK Pasim
Disusun oleh :
Ramli Alrashid
Dede Ahmad
Feri Yatman
Giang Lirva
Vikki Barki
Rizal
Hendri
Chris

MENCONTOH AHLAK RASULULLAH

Banyak peristiwa besar dalam Islam yang kemudian dirayakan oleh kaum muslimin. Salah satunya adalah kelahiran Nabi Muhammad saw. Kelahiran yang disertai beberapa kejadian lain di muka bumi menciptakan suasana tersendiri. Memang, setiap kejadian itu menambah bukti atas kebesaran Muhammad saw Namun, pribadi Muhammad saw sendiri lebih besar, lebih agung dari sekian kejadian. “Sesungguhnya engkau (Nabi) memiliki akhlak, kepribadian yang agung” (Qalam: 4).
Kelahiran Nabi Muhammad saw mengubah wajah dunia. Ketamakan, kezaliman, penindasan dan perpecahan diubah menjadi kewarakan, keadilan, persaudaraan dan persatuan. Tentunya, perubahan yang dilakukan lebih dari ini sesuai dengan misinya sebagai pemberi hidayah terakhir. Muhammad adalah Nabi Akhir Zaman, syariatnya berlaku hingga akhir zaman.
Sayang seribu satu sayang, pada tahun-tahun terakhir ini, ada pihak-pihak yang mencoba menodai usaha- usaha yang telah dilakukan oleh Nabi. Kezaliman bahkan dituduhkan kepada kaum muslimin. Penindasan hanya dilakukan oleh orang Islam. Tindakan teror dan penyebutan teroris kepada umat Islam adalah bukti tersebut. Ketamakan adalah karakter kaum muslimin. Sudah tidak tersisa lagi ajaran tentang warak. Bukankah mereka yang memborong komoditas Barat tanpa pernah berpikir panjang adalah kaum muslimin? Lebih dari itu, pasar paling potensial industri Barat adalah kaum muslimin.
Di muka bumi ini, kaum yang paling tidak bisa bersatu hanyalah kaum muslimin. Lihat negara-negara Eropa yang dengan sigap membentuk Uni Eropa untuk mengantisipasi arogansi Amerika. Apakah arogansi Amerika di tanah Palestina masih belum cukup untuk menyatukan pendapat? Apakah tidak pernah terpikirkan oleh kaum muslimin bahwa perbedaan pendapat yang muncul tidak pernah membuat kita berbeda dalam keyakinan akan Allah, Nabi Muhammad saw dan Hari Akhir? Bukankah ibadah haji sanggup memberikan kesempatan kepada kaum muslimin untuk bersatu? Apa yang bakal terjadi bila satu sama lainnya tidak menahan diri untuk tidak berbeda? Dan …
Kelahiran Nabi Muhammad saw sebenarnya tidak hanya milik kaum muslimin, tetapi milik umat manusia. Penganut Kristen sangat berhutang kepada nabi Islam. Hal ini dapat dilihat pada sejarah kelahiran Isa al-Masih as. Tidak ada data sejarah yang pasti yang melaporkan ihwal kehidupan beliau. Apakah Isa as lahir tepat pada 1 Januari tahun satu Masehi, atau lahir sebelum itu, adalah isu yang masih diperselisihkan. Lebih dari itu, isu ini semakin krusial tatkala memeriksa wujud pribadi bernama Isa al-Masih as; apakah memang ia pernah ada. Pemeriksaan ini tidak pernah dapat dibuktikan. Hanya, melalui ayat-ayat al-Qur’an fakta keberadaan Isa al-Masih as tidak terbantahkan. Lebih dari sekedar dokumen semata-mata historis, al-Qur’an memang membawakan bukti-bukti sejarah tidak terbantahkan. Sebagai perbandingan, Injil yang memuat perihal kehidupan secara lebih detail dari al-Qur’an ditulis jauh setelah peristiwa penyaliban al- Masih. Di sisi lain, otentisitas Injil pun diragukan. Sekali lagi, al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad semestinya disikapi secara positif oleh saudara-saudara yang beragama Kristen dan Katolik (Murtadha Muthahhari, Sairi dar Sire-ye Nabavi, Qom, 1377 HS).
Kelahiran Nabi Muhammad dapat menjadi titik tolak persatuan agama-agama, sekurang-kurangnya antara Islam dan Kristen. Bila memang demikian, mengapa kelahiran sosok yang agung ini tidak dapat menjadi salah satu dasar ide persatuan kaum muslimin? Bukankah sejarah mencatat perpecahan umat Islam itu dimulai sepeninggalnya Nabi saw? Imam Ali as mencatat kejadian tersebut dengan ucapannya: “Ketika Nabi meninggal, kaum muslimin berselisih” (Nahjul Balaghah, surat ke-62).
Kaum musyrikin Mekkah amat menyadari posisi Nabi Muhammad saw sebagai figur persatuan kaum muslimin. Mereka mengoptimalkan kesadaran ini sebagaimana dalam perang Uhud. Taktik paling jitu agar pasukan kaum muslimin kocar-kacir hanyalah dengan menyebarluaskan berita bahwa Muhammad telah mati. Terbukti bahwa segera setelah sebagian kaum muslimin mendengar berita tersebut langsung berlarian, meninggalkan medan pertempuran. Sebuah sikap yang sangat tidak terpuji. Namun ini sebuah kenyataan pahit sejarah muslimin yang harus diterima. Nabi dan segelintir sahabat bertahan dan bertempur mati-matian melawan jumlah besar pasukan musuh. Nabi terluka. Gigi beliau tercerabut.
Kematian Nabi dalam sejarah adalah keniscayaan. Tak ada seorang pun yang menolak kenyataan ini. Lalu bagaimana peran Nabi selaku figur persatuan kaum muslimin dapat diwujudkan?
Secara langsung atau tidak, sebagian kaum muslimin telah terlibat di dalam kondisi meruncingnya perselisihan umat Islam dewasa kini. Oleh mereka, Nabi Muhammad tidak lebih dari potongan sejarah. Apa yang tertulis lewat hadis, itulah Nabi. Bagi mereka, Nabi sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kaum muslimin. Sementara pada saat yang sama, mereka percaya bahwa umat Islam yang mati syahid senantiasa hidup dan mendapatkan rezeki dari Allah swt (Ali Imran:169). Kepercayaan akan kematian dan ketiadaan Nabi di tengah kaum muslimin adalah bentuk lain dari keyakinan para sahabat yang memunculkan perselisihan. Ihwal meneladani Nabi dimaknai sedemikian sempit sehingga tidak pergi ke kuburan dan tidak membaca Yasin. Keteladanan Nabi dalam perjalanannya ke Tha’if seakan-akan sirna di telan sikap tergesa-gesa, pengkafiran dan pemusyrikan sesama muslimin. Nabi bahkan dilukai, namun hanya berkata: “… Fa Innahum Qaumun Laa Ya’lamun”. Nabi tidak tergesa-gesa mengusulkan kepada Allah agar menyiapkan tanah kaplingan di Neraka bagi mereka yang mencederainya. Sang Teladan mencontohkan sesuatu yang mulia, sebagian yang lain merasa lebih mulia lagi bila teladan tersebut dinaikkan tolok ukurnya dan, dipersempit maknanya.
Kenyataan ini mendorong perlunya sebuah kajian komprehensif mengenai sikap dan perilaku Nabi. Keteladanan beliau sudah tidak disangsikan lagi. Allah berfirman” “Dan ia tidak berpikir (yanthiqu) sesuai dengan hawa nafsunya melainkan tuntunan wahyu yang datang padanya” (Najm: 3). Kata yanthiqu perlu diartikan sebagai berpikir karena semua ulama sepakat bahwa makna ayat tersebut tidak terbatas pada ucapan saja tapi juga mencakup perbuatan dan takrir nabi. Berarti seluruh perilaku Nabi berasal dari cara berpikir wahyu. Pandangan dunia Nabi adalah wahyu. Sesungguhnya Rasulullah adalah teladan yang baik bagi kalian. Meneladani Rasulullah hanya bagi siapa yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berzikir kepada Allah.
Sebagaimana al-Qur’an sampai saat ini menjadi obyek kajian para ilmuan dan ulama dan itu tidak pernah habis-habisnya bagaikan sumber air yang tak pernah kering, ucapan-ucapan Nabi pun demikian. Ucapan Nabi memiliki daya tarik sendiri karena kekhasannya yang berbeda dengan al-Qur’an. Beliau bersabda: “Allah memberikan saya kalimat-kalimat yang lengkap” (Syaikh Thusi, Amali, juz 2, hal, 98-99). Nabi hendak menjelaskan bahwa Allah swt memberinya kemampuan untuk mengucapkan sebuah kalimat pendek namun memiliki makna yang demikian luas.
Ada sebuah hadis yang melukiskan dengan indah bagaimana Nabi meramalkan masa depan berkaitan dengan ucapannya. Beliau berharap agar para sahabatnya untuk menuliskan hadis-hadisnya dan menjaganya agar sampai pada generasi yang akan datang. Sangat mungkin sekali bahwa generasi yang akan datang lebih dapat memahaminya. Ucapan beliau: “Farubba Hamili Fiqhin Ghairi Faqihin wa Rubba Hamili Fiqhin ila Man Huwa Afqahu minhu” (Abbas Al-Qummi, Safinatul Bihar, juz 1, hal. 392). (sangat mungkin sekali bahwa perawi hadis tidak memahami apa yang dibawanya. Sangat mungkin sekali bahwa perawi meriwayatkan sebuah hadis kepada orang yang lebih memahami darinya).
Hadis di atas menekankan bahwa generasi selanjutnya biasanya lebih dapat memahami dan menyempurnakan pemahaman generasi sebelumnya.
Kedalaman perbuatan Nabi dengan indah ditegaskan oleh Allah sebagai berikut: “Sesungguhnya Rasulullah adalah teladan yang baik bagi kalian. Meneladani Rasulullah bagi siapa yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berzikir kepada Allah” (Ahzab: 21). Perilaku Nabi adalah sebuah cara bagaimana seorang muslim menjalani kehidupannya. Sebagaimana ucapan Nabi memiliki kedalaman makna begitu pula dengan perbuatannya.
Nabi Muhammad saw. adalah pemimpin dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun (kurang dari seperempat abad), dengan biaya kurang dari satu persen biaya yang dipergunakan untuk revolusi Perancis dan dengan korban kurang dari seribu orang. Beliau telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh pemimpin yang manapun di seluruh dunia sejak Nabi Adam as. sampai sekarang. Tiga karya besar tersebut adalah:
1. تَوْحِيْدُ الإِلهِ (mengesakan Tuhan)
Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semula mempercayai Tuhan sebanyak 360 (berfaham polytheisme) menjadi bangsa yang memiliki keyakinan tauhid mutlak atau monotheisme absolut.
2. تَوْحِيْدُ الأُمَّةِ (kesatuan ummat)
Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semua selalu melakukan permusuhan dan peperangan antar suku dan antar kabilah, menjadi bangsa yang bersatu padu dalam ikatan keimanan dalam naungan agama Islam.
3. تَوْحِيْدُ الْحُكُوْمَةِ (kesatuan pemerintahan)
Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil membimbing bangsa Arab yang selamanya belum pernah memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu dijajah oleh Persia dan Romawi, menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai dari benua Afrika sampai Asia.
Kunci dari keberhasilan perjuangan beliau dalam waktu relatif singkat itu adalah terletak pada tiga hal:
1. Keunggulan agama Islam
2. Ketepatan sistem dan metode yang beliau pergunakan untuk berda'wah.
3. Kepribadian beliau.
Keunggulan agama Islam terletak pada delapan sifat yang tidak dimiliki oleh agama-agama lainnya di seluruh dunia ini, yaitu:
Agama Islam itu adalah agama fitrah.
Agama Islam itu adalah mudah, rational dan praktis.
Agama Islam itu adalah agama yang mempersatukan antara kehidupan jasmani dan rohani dan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Agama Islam itu adalah agama yang menjaga keseimbangan antara kehiduan individual dan kehidupan bermasyarakat.
Agama Islam itu adalah merupakan jalan hidup yang sempurna.
Agama Islam itu adalah agama yang universal dan manusiawi.
Agama Islam itu adalah agama yang stabil dan sekaligus berkembang.
Agama Islam itu adalah agama yang tidak mengenal perubahan.
Sistem dakwah yang dipergunakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah:
1. Menanamkan benih iman di hati umat manusia dan menggemblengnya sampai benar-benar mantap.
2. Mengajak mereka yang telah memiliki iman yang kuat dan mantap untuk beribadah menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam dengan tekun dan berkesinambungan secara bertahap
3. Mengajak mereka yang telah kuat dan mantap iman mereka serta telah tekun menjalankan ibadah secara berkelanjutan untuk mengamalkan budi pekerti yang luhur.
Metode dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah:
1. Hikmah, yaitu kata-kata yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.
2. Nasihat yang baik.
3. Menolak bantahan dari orang-orang yang menentangnya dengan memberikan argumentasi yang jauh lebih baik, sehingga mereka yang menentang dakwah beliau tidak dapat berkutik.
4. Memperlakukan musuh-musuh beliau seperti memperlakukan sahabat karib. Keempat metode dakwah beliau di atas, disebutkan oleh Allah swt. dalam Al Qur'an al Karim dalam surat:
An Nahlu ayat 125:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ ؛ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ ، وَهَوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ .
"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Surat Fushshilat ayat 34:
وَلاَ تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ؛ اِدْفَعْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ .
"Dan tiadalah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia".
Kepribadian Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat menunjang dakwah beliau disebutkan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
1. Bersikap lemah-lembut.
2. Selalu mema'afkan kesalahan orang lain betapapun besar kesalahan tersebu selama kesalahan tersebut terhadap pribadi beliau
3. Memintakan ampun dosa dan kesalahan orang lain kepada Allah swt., jika kesalahan tersebut terhadap Allah swt.
4. Selalu mengajak bermusyawarah dengan para sahabat beliau dalam urusan dunia dan beliau selalu konsekwen memegang hasil kepautusan musyawarah.
5. Jika beliau ingin melakukan sesuatu, maka beliau selalu bertawakkal kepada Allah swt. dalam arti: direncanakan dengan matang, diprogramkan, diperhitungkan anggarannya dan ditentukan sistem kerjanya.
Kelima kepribadian Nabi Besar Muhammad saw. tersebut di atas, dituturkan oleh Allah swt. dalam surat Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ، فَاعْفُ عَنْهَمْ .وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِ ، فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ ؛ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".

Bukankah sering timbul pertanyaan bahwa mengapa di sini Nabi bersikap demikian sedangkan di tempat yang lain bersikap lain lagi. Jangankan berbicara tentang perbuatan Nabi yang umum sifatnya, untuk perilaku paling kecil Nabi pun dapat dijadikan undang-undang.
Kedalaman ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad saw menjadikan kaum muslimin bersikap mawas diri. Senantiasa berusaha agar menyejajarkan dirinya dengan teladan agung Nabi Muhammad saw Ada satu pertanyaan ringan, seberapa banyak kita kaum muslimin mengenal ucapan-ucapan Nabi? Seberapa besarkah pengaruh perbuatan Nabi dalam perilaku sehari-hari kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar